Pentingnya Kebiasaan Menulis Sejak Dini

Banyuwangi - Apakah menulis itu penting dilakukan sejak dini? Tulisan seperti apa yang harus dibiasakan? Lantas apa pengaruhnya terhadap masa depan anak? Tulisan ini memberikan sudut pandang awal mengapa kebiasaan menulis itu memiliki peran penting dalam perkembangan mental manusia.  Baca yuk!

Pentingnya Kebiasaan Menulis Sejak Dini

Menulis adalah keterampilan yang esensial dalam kehidupan, baik untuk keperluan akademik, profesional, maupun sosial. Namun, data menunjukkan bahwa minat menulis di Indonesia masih rendah, terutama dalam bentuk yang lebih mendalam seperti artikel, esai, atau tulisan ilmiah.

Banyak orang terbiasa menulis curhatan di media sosial, tetapi kesulitan ketika harus menyampaikan ide secara sistematis dan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa menulis sejak dini bukan hanya sekadar aktivitas sekolah, melainkan investasi jangka panjang agar seseorang dapat berpikir lebih kritis dan mampu mengomunikasikan gagasannya dengan baik di masa depan.
 

Mengapa Menulis Sejak Dini Itu Penting?

Anak-anak yang terbiasa menulis sejak dini memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan pola pikir yang runtut dan logis. 

Menulis melatih mereka untuk menuangkan ide secara terstruktur, sehingga ketika dewasa mereka lebih mampu menjelaskan gagasan dengan jelas dan mudah dipahami oleh orang lain. Keterampilan ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari dunia akademik, profesional, hingga interaksi sosial.

Dalam dunia akademik, mahasiswa yang tidak terbiasa menulis sejak kecil sering kali kesulitan saat harus membuat esai atau laporan penelitian. 

Hal ini sejalan dengan rendahnya tingkat literasi secara umum. Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang secara aktif membaca buku. Rendahnya minat membaca ini berdampak langsung pada rendahnya minat menulis, karena kedua aktivitas tersebut saling berkaitan. 

Selain itu, data dari tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah tulisan ilmiah dari Indonesia yang dimuat di jurnal internasional hanya mencapai 5.499. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia (25.530), Singapura (17.000), dan Thailand (12.000). 

Menurut Muhammad Nasir, tahun 2018 per bulan Juli, Indonesia 13.250, Singapura 12.450. Berarti kita sudah di atas Singapura. Hal ini mengindikasikan bahwa minat dan kemampuan menulis, khususnya dalam konteks akademis dan ilmiah, tetap masih perlu ditingkatkan. Bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas. 

Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bahkan menunjukkan bahwa banyak lulusan S1 di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam memahami apa yang mereka baca, apalagi menyusun pemikiran mereka dalam bentuk tulisan. Ini menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan menulis berkaitan erat dengan kurangnya pemahaman terhadap bacaan.
 

Menulis Membantu Meningkatkan Kecerdasan Linguistik dan Berpikir Kritis


Menulis bukan sekadar mencatat kata-kata, tetapi juga melatih seseorang untuk berpikir lebih dalam.

Dengan menulis, seseorang harus mampu merangkai kata dengan tepat, memilih argumen yang kuat, serta menyusun gagasan dengan logis. Ini berhubungan langsung dengan kecerdasan linguistik, di mana seseorang semakin terampil dalam berbahasa dan berkomunikasi.

Selain itu, menulis juga memperkuat kemampuan berpikir kritis. Saat menulis, anak-anak dilatih untuk mengevaluasi informasi, membedakan antara fakta dan opini, serta mengembangkan sudut pandang mereka sendiri. Kemampuan ini sangat penting di era informasi saat ini, di mana banyak orang cenderung menerima informasi mentah tanpa menganalisisnya terlebih dahulu.
 

Bagaimana Cara Meningkatkan Kesadaran Menulis Sejak Dini?

Yang menjadi tantangan adalah bagaimana meningkatkan kesadaran menulis sejak dini. Hal ini bukan semata-mata menulis dalam bentuk catatan dari sekolah saja, ya? Tetapi juga aktivitas menulis saat membuat sebuah ringkasan dari apa yang dipelajarinya. Berikut beberapa cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesadara literasi sejak dini. 

1.  Mengenalkan Menulis sebagai Aktivitas Kreatif

Menulis sering kali dianggap sebagai tugas yang membosankan karena selalu dikaitkan dengan pelajaran sekolah. 

Padahal, menulis bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan jika dikemas dengan cara kreatif, seperti menulis cerita pendek, puisi, atau jurnal harian—di mana mereka bebas berkreasi dan meluapkan emosinya. 

Orang tua dan guru dapat mendorong anak untuk menulis bebas tanpa takut salah, sehingga mereka lebih nyaman dalam menuangkan ide.

2. Mengaitkan Menulis dengan Minat Anak

Anak-anak akan lebih tertarik menulis jika mereka bisa mengekspresikan hal-hal yang mereka sukai. Jika mereka menyukai dunia hewan.

Misalnya, mereka bisa menulis cerita tentang petualangan hewan kesayangan mereka. Jika mereka menyukai game atau film, mereka bisa membuat ulasan atau fanfiction. Bisa juga dengan menggunakan gambar atau ilustrasi yang bisa mereka jelaskan dengan menggunakan gaya bahasanya sendiri. 

Dengan cara ini, menulis menjadi bagian dari eksplorasi minat mereka, tidak hanya urusan catatan formal di sekolah.

3. Menggunakan Teknologi untuk Mendukung Kebiasaan Menulis

Di era digital, anak-anak lebih akrab dengan gadget dibandingkan buku fisik. Alih-alih melarang, orang tua bisa mengarahkannya ke kegiatan menulis yang bermanfaat, seperti membuat blog pribadi, menulis di aplikasi jurnal digital, atau mengikuti lomba menulis online. 

Teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan keterampilan menulis jika digunakan dengan benar.

4. Membangun Lingkungan yang Mendukung Literasi

Minat menulis tidak akan berkembang jika lingkungan di sekitarnya tidak mendukung. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menciptakan atmosfer yang kaya akan literasi, misalnya dengan menyediakan buku bacaan, berdiskusi tentang isi buku, serta memberikan apresiasi atas tulisan anak.

Alasan inilah yang melatarbelakangi berdirinya Kepaling Baca, di mana anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mengakses buku secara mandiri, tetap memiliki kesempatan untuk membaca dan menghasilkan karya dari apa yang dipahaminya lewat program kami. (Jika tertarik untuk berdonasi guna menambahkan koleksi buku—yang sudah tak terpakai di rumah, bisa menghubungi kami di kepalingbaca@gmail.com)

5. Menulis Sebagai Sarana Refleksi Diri

Selain untuk menyampaikan gagasan, menulis juga bisa menjadi alat refleksi yang kuat. Dengan menulis jurnal, anak-anak belajar untuk memahami perasaan mereka sendiri, mengorganisir pikiran, dan mengekspresikan pendapat dengan lebih baik. 

Kebiasaan ini akan membantu mereka menjadi individu yang lebih sadar diri dan mampu menyampaikan pemikiran dengan lebih matang di masa depan.

Menulis sejak dini bukan hanya sekadar latihan akademik, tetapi merupakan keterampilan hidup yang akan membantu seseorang dalam berpikir, berkomunikasi, dan memahami dunia dengan lebih baik. 

Dengan membiasakan anak menulis sejak kecil, kita sedang menyiapkan mereka untuk menjadi individu yang mampu menyampaikan gagasan secara jelas dan mudah dipahami ketika mereka dewasa. 

Jika kita ingin membangun generasi yang lebih kritis, kreatif, dan komunikatif, maka meningkatkan kesadaran menulis sejak dini adalah langkah yang tidak boleh diabaikan.