Artikel ini akan membahas sudut pandang yang jarang diangkat namun sangat penting untuk membantu anak-anak lebih konsisten dalam membaca buku.
Tips Membaca Buku untuk Anak Sekolah: Rahasia Konsistensi yang Jarang Dibahas
Banyak artikel membahas pentingnya lingkungan nyaman atau pemilihan buku yang menarik, tetapi jarang yang menyoroti faktor psikologis dan kebiasaan mikro yang sebenarnya lebih berpengaruh dalam membangun konsistensi membaca.
1. Bangun Identitas sebagai Pembaca
Alih-alih hanya menargetkan jumlah halaman atau buku yang harus dibaca, ajak anak untuk melihat diri mereka sebagai “pembaca.”Ketika anak merasa bahwa membaca adalah bagian dari identitas mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk melakukannya secara alami.
Misalnya, daripada mengatakan “ayo baca buku supaya pintar,” lebih baik katakan “kamu adalah orang yang suka mengeksplorasi dunia lewat buku.”
2. Jadikan Membaca sebagai Ritual Kecil
Banyak anak menganggap membaca sebagai tugas sekolah, bukan sebagai kebiasaan pribadi. Cobalah mengaitkan membaca dengan ritual yang menyenangkan, seperti membaca satu halaman sebelum tidur atau sambil menikmati camilan favorit. Ritual ini membantu otak mengasosiasikan membaca dengan perasaan nyaman, sehingga lebih mudah dilakukan secara konsisten.3. Jangan Takut untuk Berhenti dan Ganti Buku
Sering kali, anak dipaksa menyelesaikan buku yang sebenarnya tidak menarik bagi mereka. Padahal, memaksa membaca buku yang tidak disukai justru bisa membuat mereka kehilangan minat membaca secara keseluruhan.Ajari anak untuk mengenali kapan mereka tidak menikmati buku tertentu dan berani menggantinya dengan yang lebih menarik. Ini akan membuat pengalaman membaca lebih menyenangkan dan berkelanjutan.
4. Gunakan Efek Zeigarnik: Biarkan Mereka Penasaran
Efek Zeigarnik adalah fenomena psikologis di mana manusia lebih mudah mengingat tugas yang belum selesai dibandingkan yang sudah selesai. Terapkan ini dalam membaca dengan sengaja berhenti di bagian cerita yang menarik.Misalnya, ketika membaca bersama anak, berhentilah di bagian yang menggantung sehingga mereka merasa penasaran dan ingin melanjutkan keesokan harinya.
5. Manfaatkan Sosialisasi dan Komunitas
Membaca sering dianggap sebagai aktivitas individu, tetapi sebenarnya bisa menjadi pengalaman sosial. Anak-anak lebih mudah membangun kebiasaan membaca jika mereka memiliki teman atau komunitas yang juga melakukannya.Cobalah buat sesi membaca bersama teman-teman mereka atau ajak anak berdiskusi tentang buku yang mereka baca.
6. Beri Anak Kebebasan dalam Membaca
Banyak anak kehilangan minat membaca karena mereka hanya diperbolehkan membaca buku yang “bermanfaat” menurut standar akademik. Padahal, memberikan kebebasan dalam memilih buku—baik itu komik, novel ringan, atau buku bergambar—dapat meningkatkan kebiasaan membaca.Jika mereka terbiasa membaca, lambat laun mereka akan mulai tertarik dengan buku-buku yang lebih kompleks.
7. Gunakan Teknik "Hanya 5 Menit"
Salah satu alasan anak sulit konsisten membaca adalah karena mereka merasa membaca membutuhkan waktu lama. Terapkan aturan “hanya 5 menit,” di mana mereka hanya perlu membaca selama dua menit setiap hari.Dengan cara ini, mereka tidak akan merasa terbebani, dan sering kali, mereka akan melanjutkan membaca lebih lama karena sudah terlanjur mulai.
8. Jadikan Buku sebagai Bagian dari Kehidupan Sehari-hari
Alih-alih menjadikan membaca sebagai aktivitas yang harus dijadwalkan secara khusus, integrasikan buku ke dalam kehidupan anak. Misalnya, letakkan buku di tempat yang mudah dijangkau, gunakan buku sebagai bagian dari percakapan sehari-hari, atau kaitkan cerita dalam buku dengan pengalaman nyata anak. Ini akan membuat membaca terasa lebih alami dan bukan sekadar kewajiban.9. Minta Anak Untuk Bercerita
Salah satu yang menarik adalah meminta anak untuk menceritakan apa yang sudah dia baca. Selain untuk membangun komunikasi, hal ini bisa juga untuk melatih mereka memahami apa yang sudah dibaca.
Biarkan mereka bercerita dengan gaya bahasanya sendiri, sehingga anak akan terlatih memahami makna atau inti sari pengetahuan yang ia baca. Selain itu, mereka pasti merasa diapresiasi juga karena sudah menyelesaikan buku bacaannya dengan cara kita mendengarkan kisahnya.
Selain itu, bercerita membantu anak memahami bahwa membaca bukan sekadar tugas, melainkan pengalaman yang bisa dibagikan. Jika mereka merasa antusias saat berbagi cerita, mereka akan lebih termotivasi untuk membaca buku lain agar bisa terus berbagi kisah baru.
Untuk membuat metode ini lebih menarik, orang tua atau guru bisa:
Dengan menerapkan pendekatan ini, anak-anak tidak hanya akan lebih konsisten membaca, tetapi juga mengembangkan hubungan yang lebih positif dengan buku. Alih-alih melihat membaca sebagai tugas, mereka akan melihatnya sebagai bagian dari identitas dan kebiasaan yang menyenangkan.
Untuk membuat metode ini lebih menarik, orang tua atau guru bisa:
- Mengajak Anak Berdiskusi – Tanyakan pendapat mereka tentang karakter atau kejadian di buku.
- Membuat Cerita Alternatif – Biarkan mereka membayangkan akhir yang berbeda atau kelanjutan cerita.
- Bermain Peran – Ajak anak bermain sebagai salah satu karakter dalam buku.
- Membuat Jurnal Bacaan – Anak bisa menuliskan ringkasan cerita atau ilustrasi dari buku yang mereka baca.
Dengan menerapkan pendekatan ini, anak-anak tidak hanya akan lebih konsisten membaca, tetapi juga mengembangkan hubungan yang lebih positif dengan buku. Alih-alih melihat membaca sebagai tugas, mereka akan melihatnya sebagai bagian dari identitas dan kebiasaan yang menyenangkan.
1 Komentar
Keren Lanjutkan
BalasHapus