Cerpen: Misteri Kurma di Hutan Cahaya Ramadan

Di sebuah hutan ajaib bernama Hutan Cahaya Ramadan, semua hewan sedang bersiap-siap menyambut bulan suci. Setiap tahun, di awal Ramadan, terjadi keajaiban: sebuah pohon kurma emas tumbuh di tengah hutan. Kurma ini hanya bisa dipetik oleh hewan yang paling jujur dan dermawan.

Suatu pagi, ketika sang burung hantu tua, Mbah Kuwuk, mengumumkan bahwa pohon kurma emas telah muncul, semua hewan bergegas menuju tempat itu. 

"Ingat! Hanya yang hatinya bersih yang bisa mengambil kurma ini," kata Mbah Kuwuk dengan suara seraknya.

"Ah, itu pasti aku!" kata Serigala Liku sambil menyeringai. "Aku paling pintar di sini."

"Bukan soal pintar, tapi soal hati," sahut Kelinci Cibi. "Aku akan mencobanya!"

Satu per satu hewan mencoba memetik kurma emas itu. Serigala Liku melompat dan menggigit, tapi kurma itu tetap di rantingnya.

Monyet Rado menggunakan ekornya untuk menarik kurma, tapi tak bergerak sedikit pun.

Si Rubah Licik mencoba berpura-pura bersedekah sebelum mengambil kurma, tapi tetap saja gagal.

"Kurma ini keras kepala!" seru Rado sambil menggaruk kepalanya.

Lalu datanglah Tupai Lilo. Ia tak langsung melompat ke pohon, melainkan menolong seekor semut yang terjatuh ke dalam sungai kecil. Setelah itu, ia memberikan sebagian bekal makanannya kepada burung kecil yang kelaparan.

Ketika ia mendekati pohon dan mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu, kurma emas itu jatuh sendiri ke telapak tangannya! Semua hewan tercengang.

Mbah Kuwuk tertawa, "Lihatlah! Pohon ini hanya memberi kepada mereka yang benar-benar tulus dan baik hati."

Serigala Liku menggaruk kepala, "Jadi bukan tentang siapa yang paling kuat atau paling cepat?"

"Benar!" kata Lilo sambil tersenyum. "Ramadan mengajarkan kita untuk berbagi dan menjadi lebih baik, bukan hanya mencari keuntungan sendiri."

Sejak saat itu, semua hewan di Hutan Cahaya Ramadan lebih giat berbuat baik. Dan setiap tahun, mereka menantikan munculnya pohon kurma emas, bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk berbagi dengan yang membutuhkan.




Namun, tahun ini terjadi sesuatu yang aneh. Pohon kurma emas tetap tumbuh seperti biasa, tetapi buahnya tidak jatuh ke tangan siapa pun, termasuk Lilo. Semua hewan kebingungan.

"Apa yang terjadi? Apakah kita tidak cukup baik tahun ini?" tanya Kelinci Cibi dengan cemas.

Mbah Kuwuk menggeleng. "Mungkin pohon ini ingin mengajarkan kita sesuatu yang lebih besar. Kita harus mencari tahu."

Para hewan mulai mencari petunjuk. Mereka menyusuri hutan, bertanya satu sama lain, dan mengingat kembali perbuatan mereka selama setahun terakhir. Hingga akhirnya, mereka menemukan seekor landak kecil yang kelaparan dan terpisah dari keluarganya.

Tanpa berpikir panjang, semua hewan memberikan makanan mereka kepada landak kecil itu. Mereka menolongnya menemukan keluarganya dan memastikan ia aman. Saat mereka kembali ke pohon kurma emas, sesuatu yang ajaib terjadi—semua kurma emas jatuh serentak, membanjiri tanah di bawahnya!

"Lihat! Pohon ini menunggu kita untuk benar-benar memahami bahwa kebaikan bukan hanya tentang satu orang, tetapi tentang kebersamaan dan kepedulian kepada semua makhluk!" seru Mbah Kuwuk dengan bangga.

Sejak saat itu, Hutan Cahaya Ramadan menjadi tempat di mana hewan-hewan tidak hanya berbuat baik untuk mendapatkan hadiah, tetapi karena mereka benar-benar peduli satu sama lain. Dan pohon kurma emas pun terus muncul setiap tahun, memberikan berkah bagi semua.

💓💓💓💓💓

Bagaimana ceritanya? Seru nggak? 

Nah, buat kalian yang memiliki cerita seru dalam bentuk cerpen dan ingin dipublikasikan di Blog ini, mudah kok! Kirim cerita seru kalian di kepalingbaca.genteng@blogger.com. Karya yang seru, akan mimin posting di Blog ini. 

Tema ceritanya boleh apa saja kok, yang terpenting, jangan sampai mencontek punya penulis lainnya, ya? Alias jangan plagiat! 

Terinspirasi boleh, tapi gak boleh curang mengambil karya orang lain. Mari kita hidup dengan nilai-nilai kebaikan. Karya yang menarik akan dipublikasikan di blog ini. Yuk menulis! Kirimkan karyamu sekarang!

Salam Literasi!